Rabu, 31 Maret 2010

Membuat Tabel Fleksibel dengan PHP
Hari ini kuta kita akan belajar  tentang cara membuat tabel fleksibel dengan PHP. DI sini akan disiapkan kode html dan php.
= Kode html untuk mengenerate tabel yang digunakan yaitu berapa jumlah kolomnya,jumlah barisnya, dan jumlah total cellnya.
= Kode php sebagai hasil dari generate tabel yang dilakukan pada kode html.
Berikut hasil tampilannya ...

Rabu, 24 Maret 2010

Form Pemesanan Berbasis Javascript

Form Pemesanan Makanan Berbasis Javascript
Kali ini kita akan membuat form pemesanan makanan dengan javascript. Kolom harga bersifat read only,jadi nilainya tetap dan tidak akan bisa di edit nilainya. Sedangkan kolom Pesan bisa berubah sesuai dengan jumlah makanan yang kita pesan. Setelah itu harga yang harus di bayar akan tampil di baris paling bawah. Harga tersebut sudah dikuranngi dengan diskon Rp5000. Dan jika ingin membatalkan pesanan kita dapat menekan tombol "reset".

Apa itu JavaScript ???. 
JavaScript adalah nama implementasi Netscape Communications Corporation untuk ECMAScript standar, suatu bahasa skrip yang didasarkan pada konsep pemrograman berbasis prototipe. Bahasa ini terutama terkenal karena penggunaannya di situs web (sebagai JavaScript sisi klien) dan juga digunakan untuk menyediakan akses skrip untuk objek yang dibenamkan (embedded) di aplikasi lain.
Walaupun memiliki nama serupa, JavaScript hanya sedikit berhubungan dengan bahasa pemrograman Java, dengan kesamaan utamanya adalah penggunaan sintaks C. Secara semantik, JavaScript memiliki lebih banyak kesamaan dengan bahasa pemrograman Self.
Skrip JavaScript yang dimasukkan di dalam berkas HTML ataupun XHTML harus dimasukkan di antara tag .
Kita akan membuat kalkulator sederhana. Di bawah ini contoh tampilannya...
Membuat Layout dengan CSS
Dalam pembahasan kali ini kita akan sharing tentang mengatur halaman web dengan menggunakan division.
ini adalah contoh web yang menggunakan division sekilas memang terlihat pengaturannya menggunakan tabel,tetapi sebenarnya adalah memakai division. Karena cara ini lebih fleksibel dalam mengatur halaman web sehingga nanti tampilannya tidak akan kaku. Berikut hasil tampilannya :

Rabu, 03 Maret 2010

Desain Layout
Pada kesempatan kali ini kita akan beajar membuat desain Layout. Setelah mempersiapkan wrapper, langkah selanjutnya adalah membuat deain layout. Sebagai contoh, kita akan membuat layout standar (header, menu, content, dan footer) dengan style terpisah. Ada 2 bentuk file yang akan kita buat :
1. Bentuk HTML
2. Bentuk .css sebagai layout
Berikut tampilan yang diinginkan .....

Keterangan lebih lanjut, silahkan di download [disini]

Selasa, 02 Maret 2010

Ahmad Fathil Islam : 86 tahun Sudah kita Hidup Tanpa Rumah
Setiap kita memasuki bulan Maret, maka 1 hal yang tidak bisa kita lupakan, tepatnya 86 tahun yang lalu, pada tanggal 3 Maret 1924 M, umat islam telah resmi kehilangan kekhilafahannya. Sosialisme telah nyata gagal memimpin dunia, sehingga tidak lebih dari 1 abad berkuasa. Demikian juga halnya dengan kapitalisme yang sekarang sedang menjadi negara adikuasa, insyaAllah tidak akan lebih dari 1 abad, Umat islam akan kembali memimpin dunia. Gema penuntyutan umat untuk penerapan syari'ah dan khilafah sudah membahana. Tinggal menunggu waktu yang dijanjikan Allah untuk turunnya nasrullah itu. mari kita bersama-sama mengambalikan umat ini menjadi satu, bukan bedeng-bedeng ikatan nasionalisme yang semu ini. Salam perjuangan, Saatnya Khilafah memiumpin Dunia. Wallahu'alam Bishowab
 

Ismail Yusanto: Akhir Century Kompromi Politik, Bukan Kebenaran Substansial


Rapat Paripurna DPR mengenai skandal bailout (pengucuran dana talangan) Bank Century berakhir ricuh baik di luar maupun gedung DPR RI tadi siang. Banyak pihak yang tidak puas dengan rapat kali ini. Mengapa para pencari kebenaran selalu kecewa setiap kali melihat hasil akhir kerja pansus? Apakah kompromi politik biang keladinya? Bagaimana kedudukan kompromi politik dalam pandangan Islam? Untuk menjawab pertanyaan itu wartawan mediaumat.com Joko Prasetyo mewawancarai Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Selasa (2/3) di Jakarta. Berikut petikannya.
Pendapat Anda tentang kericuhan Rapat Paripurna DPR mengenai skandal Century siang tadi?
Kericuhan itu ada dua. Ada di dalam gedung dan luar gedung. Kericuhan di dalam dipicu oleh ketidakpuasan anggota DPR atas kepemimpinan Ketua DPR Marzukie Ali dalam memimpin rapat. Marzukie Ali dianggap menutup rapat sepihak, hasil pansus oleh Ketua Pansus Idrus Marham. Sedangkan Marzukie sendiri menganggap memang harus ditutup karena rapat hari ini hanya mendengarkan pembacaan Idrus Marham.
Sementara banyak anggota DPR berpendapat bahwa Marzukie tidak boleh menutup rapat secara sepihak karena masih banyak anggota DPR yang mengajukan intrupsi. Itulah menurut saya yang menyulut emosi anggota DPR, ditambah lagi semua mikropon anggota DPR tiba-tiba mati. Karena mati, mereka tidak bisa bicara. Nah, sebagian dari mereka akhirnya bangkit dari kursi merangsek mendatangi meja pimpinan.
Sedangkan yang di luar, pengunjuk rasa kan ada dua kelompok. Ada kelompok yang pro bailout ada yang anti bailout. Terutama yang anti bailout, mereka merasa tidak puas karena Idrus Marham tidak menyebutkan nama-nama individu yang bertanggung jawab. Padahal kan sebelumnya beberapa fraksi sudah menyatakan akan menyebutkan nama Boediono dan Sri Mulyani sebagai pihak yang bertanggung jawab. Namun hasil pansus yang dibacakan Idrus Marham tadi siang itu tidak menyebutkan nama. Itulah yang membuat massa di luar gedung tidak puas, dan terjadilah beberapa tindak anarkis dan bentrok dengan polisi.
Tidak disebutkannya nama-nama orang yang bertanggung jawab itu merupakan hasil kompromi politik?
Apakah DPR akan menyebut nama atau tidak kita lihat kepastiannya besok. Rencananya kan besok akan mengadakan voting menyangkut bermasalah tidaknya bailout Bank Century tersebut.
Bisakah kita berharap dari sistem yang berlaku sekarang ini melahirkan kebijakan-kebijakan yang benar?
Susah. Karena keputusan politik itu diambil dari kompromi. Sehingga kebenaran yang substansial itu bisa ditolak oleh keputusan politik. Gampangnya begini. Saya boleh salah tetapi saya tidak boleh dipersalahkan di dalam mimbar politik. Jadi antara salah dan dipersalahkan itu dibedakan. Seharusnya kan yang salah ya dipersalahkan. Dan yang dipersalahkan seharusnya menerima.
Tapi sekarang kan yang salah tidak mau dipersalahkan oleh karena akan berujung dengan hilangnya jabatan. Nah, pihak yang salah ini tidak mau itu terjadi sehingga di titik inilah kompromi terjadi. Sehingga tidak akan menghasilkan kebenaran substansial. Sehingga bila kita mengharapkan kebenaran substansial akan lahir dari sistem seperti ini ya kita akan kecewa.
Dalam sistem Islam apakah kebenaran substansial itu bisa didapatkan?
Tentu.
Berarti tidak ada kompromi politik?
Jadi sebenarnya begini. Dalam dunia politik, kompromi itu adalah aktivitas yang wajar. Namanya juga pertarungan politik pastilah masing-masing kubu membawa sebuah kepentingan. Hanya saja yang membedakan antara politik Islam dan politik sekuler adalah letak komprominya. Kalau politik sekuler kompromi itu letaknya di depan, kebenaran itu di belakang. Sedangkan politik Islam kebenaran depan, kompromi di belakang.
Jadi dalam politik Islam itu segala sesuatunya harus diukur pada tolak ukur yang benar dulu, dipastikan dahulu apakah suatu benda, perkara, dan perbuatan itu halal atau haram. Kemudian dilakukanlah kompromi, mengajak kubu lain untuk mengikuti yang jelas benarnya dan mengajak kubu lain untuk meninggalkan yang jelas salahnya.
Jelaslah kompromi politik dalam Islam itu dilakukan untuk tercapainya kesepakatan-kesepakatan politik dari berbagai kekuatan politik dengan yang menjunjung tinggi kebenaran dan tabu untuk mencederai kebenaran substansial itu.
Sudah sekian lama politik sekuler diterapkan di negeri yang mayoritas Muslim ini selama itu pula rakyat memetik kekecewaan. Karena pansus-pansus itu memang tidak memegang teguh kebenaran substansial. Mereka terjebak ke dalam kompromi politik sekuler. Pada DPR periode 2004-2009 kan sampai dibentuk pansus 6 kali mengangkat enam perkara. Terakhir pansus BBM, semuanya kan seperti yang kita ketahui menginjak-injak kebenaran substansial atau dalam bahasa populernya “masuk angin”.
Umat harus sadar, sesungguhnya tidak akan didapatkan kebenaran substansial dari kompromi politik sekuler. Bila politik machiavelistik (menghalalkan segala cara) ini diteruskan suara rakyat itu hanya dijadikan alat legitimasi saja untuk kepentingan para elite politik.
Jadi sebenarnya kalau berbicara kepentingan rakyat, ya berarti berbicara dan berusaha bagaimana agar uang sebesar 6,7 triliun itu bisa kembali dan yang bertanggung jawab dihukum, kan begitu kongkritnya. Sampai siang tadi 6,7 triliun itu mengalir ke mana tidak jelas, siapa yang bertanggung jawab tidak jelas dalam hasil pansus yang dibacakan Idrus Marham tersebut.[]